nikmati kesakitanmu, sebelum datang ketenangan.

Tak ada kayu, tak ada api
tidaklah musnah sajakku, terbakar menjadi abu
membaur bersama awan di langit
menunggu doa terpanjatkan
daripadanya hujan
dari jasad teraniaya

biar kutanami taman - taman kertas kosong
dengan benih - benih kata,
senantiasa hujan bertamu
tumbuh subur
menjelma sajak rimbun dan teduh

Tak ada air, tak ada angin
tidak bergelombang lautan asin
untuk kembali menghempas karang
mengusir lumut amarah dan dendam
seperti itukah dirimu?

O kemana penyair hendak mencari karang ?
hilang darinya hamparan biru lautan asin
O siapa jua berlayar riang gembira?
hilang darinya angin dan langit berhias bintang.

Tawa itu kosong, hampa setelahnya
diam dan kembali menyala
membesar tertiup angin
padam oleh air
bagai kobaran api

"Engkau hanya berputar – putar mengelilingi bayang sendiri anakku, menunggu senja diculik segerombolan kelelawar
Lihat, lihatlah tubuhmu penuh luka, menganga dan membusuk,
tertawalah
Nikmati kesakitanmu, sebelum datang ketenangan yang tak bisa merasakan apa - apa".

Sakit itu kebohongan, bualan nyata sebelumnya
Seluruh kehidupanmu tertinggal di dunia
takut musnah oleh sajak kebenaran.